Aku Sensitif

    Setelah pulang sekolah biasanya Mila mampir ke rumah temannya yang jarak antara rumahnya pun cukup jauh. Dia memang sudah biasa mampir ke rumah Indri, Mereka sejak SMP sudah bersahabat bahkan sampai SMA. Walaupun mereka berbeda sekolah, namun ketika pulang sekolah khususnya hari Senin dan Kamis Mila berkunjung ke rumah Indri untuk sekedar mampir ataupun mengerjakan PR bersama.

    Setiap hari Kamis Mereka selalu bermain ke taman belakang yang tidak jauh dari rumah Indri, hanya untuk sekedar mengobrol dan saling berbagi cerita disekolah. Hari semakin gelap dan mereka berdua akhirnya pulang dan Indri masuk ke rumahnya dan langsung ke kamarnya. Kamis sore yang semakin gelap, bulan purnama sudah sedikit tampak dari luar jendela, Indri tertarik melihatnya di jendela. Setelah menatap indahnya langit, pandangan Indri tertarik ke taman yang ada dibelakang rumahnya. Dia melihat seorang perempuan memakai kaos hitam dan rok hitam dengan rambut yang terurai panjang setengah badan berjalan pada petang hari menjelang malam. Sepertinya Indri mengenali sosoknya yang seperti Mila, Indri begitu terheran dan berpikir siapakah yang berjalan di taman tersebut.





    Perempuan itu menyadari Indri yang melihat dari atas jendela kamar, dengan menunjukan jari telunjuknya kepada Indri. Sontak dia langsung menutup jendela dan ketakutan. Karena dia terlalu lelah, dia tidak memperdulikannya. Saat belajar dia sepintas terpikirkan rasa penasaran mengenai siapa yang sedang berjalan di taman tersebut, merinding menjalar ke seluruh tubuh Indri yang sedang sendirian belajar di kamarnya dan seperti merasakan aura kehadiran seseorang.

"Ah perasaan ku saja yang sedang tidak enak karena lelah"
Ujar Indri yang berpikir positif.

    Indri merasa sangat penasaran dan masih sangat terpikirkan mengenai sesosok wanita yang ada ditaman belakang. Ntah kenapa dia makin gelisah mengenai pikirannya itu. Pada keesokan harinya.. Vino, temannya pun menghampiri Indri ketika jam istirahat tiba dan menanyakan mengenai apa yang sedang dipikirkannya.

"Dri, kamu kenapa? Kok keliatan banyak pikiran begitu?"

Indri menjawab "Gak apa-apa Vin, aku cuma kebayang sama kemarin sore. Aku ngeliat seorang peremuan ditaman dari jendela kamar ku, dia menyadari kehadiran ku dan menunjukkan jari telunjuknya kepada ku. Wajahnya tidak tertutup rambutnya yang terurai itu, aku merasa takut Vin!"

Vino menjawab "Oh, taman belakang rumah mu itu? Gak ada apa-apa kok, kalo tiap mau maghrib pun emang sepi disitu gak ada yang kesitu lagi. Anak kecil juga gak berani, ya biasa lah orang tua nakut-nakutin takut diculik setan. Karna emang disitu paling pojok dekat ayunan ada semak belukar, terus nanti bisa tembus ke kebon kosong".

"Oh gitu ya Vin, tapi aneh banget sih masa mau maghrib begitu ada aja orang iseng kesitu. Kan serem keliatannya" Jawab Indri

"Kalau itu aku kurang tau, tapi yang jelas itu emang rada serem sih. Walaupun pas masih sore cerah, anak kecil suka main ke taman" Ujar Vino


    Hari Kamis setelah Mila berkunjung, Indri melihat Mila duduk di ayunan taman belakang, namun setelah itu Mila ke belakang semak belukar dekat ayunan. Tiap kali indri melihatnya dari jendela kamar yang langsung melihat ke arah taman, Indri berkali-kali melihat kelakuan aneh Mila yang suka masuk kedalam semak-semak, bahkan terkadang dia melihat Mila membawa sebuah kotak kardus berukuran sedang. Indri merasa sangat kebingungan melihat kelakuan Mila, akan tetapi ia belum berani menanyakan hal itu dan masih menganggapnya wajar-wajar saja.

    Hari senin, seperti biasanya Mila berkunjung ke rumah Indri, wajah Mila terlihat tidak seperti biasanya. Wajahnya nampak murung dan tatapan yang kosong, Mila mengatakan kepada Indri bahwa dia hanya sedang kurang sehat. Dan Mila pun segera pamit pulang, namun ada hal yang ditutupi oleh Mila dibalik senyum kecil nya itu.

    Pada hari Jumat, Indri mendapat SMS dari Edho. Dia mengatakan bahwa Ari belum kembali setelah pulang sekolah kemarin, dia hilang bagai ditelan Bumi, handphone nya pun tidak dapat dihubungi. Orang tua nya pun sampai melapor kepada polisi karena cemas.



    Indri sontak kaget dan langsung ke rumah Mila setelah pulang sekolah. Rumah Mila terlihat terbuka dan memanggil orang yang didalam, tak ada jawaban dan hanya terdengar tiupan angin kesunyian. Ternyata kosong tidak ada seorang pun, tetapi Indri menemukan banyak pecahan gelas berserakan dan ada bekas cipratan darah dilemari. Ada sebuah pisau dapur juga yang berlumuran darah. Satu hal yang sangat membuat Indri gemetar adalah foto keluarga Mila yang dibingkai kaca juga pecah berlumuran darah.

    Indri sangat lemas kemudian segera keluar lari ketakutan. Dia menangis dan merasa sangat bingung keheranan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum sampai dirumah nya dia beristirahat ditaman belakang yang sedang sepi tidak ada seorang pun. Tiba-tiba dari belakang ada seorang pria berjaket hitam memakai topeng mendekap Indri. Indri mencoba melawan namun sia-sia saja, akhirnya dia pingsan karena disuntik bius. Pria itu menggendong Indri dan membawanya ke dalam semak belukar taman tersebut.

    Setelah sadarkan diri, tangan dan kaki Indri terikat tali. Dan sadar dia berada diruangan yang gelap, lembab dengan pencahayaan yang minim. Indri memberontak dan berteriak

"Oooyyy siapa yang melakukan semua ini? Tolong aku!! Tolong!! Tolong siapapun!!"
Dia mencoba teriak sekerasnya tapi tak ada yang mendengar, dia menangis karena tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

    Kemudian terdengar suara seorang pria berbicara dari baling dinding "Kamu akan mengetahuinya dan merasakan kepedihan yang belum pernah kamu rasakan selama hidup! Tentang arti kebencian, dendam yang melekat dihati. Kepada siapa pun itu, bahkan orang terdekat".

Terdengar suara 3 orang dari pinggir ruangan yang tak terkena cahaya saling bersahutan meringis kesakitan dan meminta tolong.

"Tolong! lepaskan kami! Kami tak tahu apa yang menyebabkan semua ini terjadi! Heeyy siapapun!"

"Paa.. Maa.. tolong Fiki.. Sakit banget pakunya. Fiki gak kuat!" Terdengar sambil merintih kesakitan

"Sabar ya nak, papa sama mama juga gak bisa lepasin tali ini.. Papa harap kamu kuat ya, kita semua gak bisa bergerak" Jawab suara pria yang lainnya

"Fiki.. mama juga susah bergerak, mama terikat tali. Badan mama juga gak mungkin bisa digerakin lagi, lemas sekali nak"

Indri berteriak ke sumber suara tersebut "Heyy kalian siapa? Kenapa bisa disini?"

    Lampu ruangan yang remang-remang pun dinyalakan, Indri sangat kaget sekali melihat orang tua dan adik Mila ada didepan hadapannya semua dengan konsisi mengenaskan. Mereka tergeletak berdekatan dengan keadaan kulit berdarah di sekujur tubuh tersayat serta luka lebam dibagian kepala mereka. Ayahnya yang terikat dibangku dengan tangan-kaki terikat tali dan kepala yang berlumuran darah, sedangkan tangan ibunya terikat dan kaki terpasung rantai. Sedangkan adiknya Mila kedua telapak tangan  yang tertancap paku dan kaki diikat terpasung juga. Akan tetapi Mila tidak ada disitu, sontak membuat Indri bertanya-tanya dan keberadaan Mila rupanya tidak diketahui.

Ayah Mila menjelaskan sambil merintih kepedihan

"Ta..tadi siang ada seorang pria berjaket hitam mengenakan topeng masuk ke rumah kami.. aahhh lalu menyerang dengan pisau dan melempari gelas, tapi dia tidak membunuh kami hanya menyiksa kami dengan memukuli menggunakan balok kayu. Satu persatu dari kami dibius dan kehilangan kesadaran".

    Indri begitu sedih mendengarnya sampai dia pun menangis karena begitu prihatin melihat keadaan keluarga Mila yang sekarat itu. Munculah seorang berjaket hitam bertopeng yang terlihat membawa pistol serta pedang katana yang diikat dipinggulnya, kemudian menutup pintu ruangan remang-remang itu

"Siapa kau?! Kenapa teganya menculik dan menyiksa keluarga teman ku hah?!! Pecundang! Kau hanya berani memendam perasaan benci dan meluapkannya dengan cara yang sadis!!"
Ujar Indri yang berteriak sambil menahan tangisnya

"Hei kau tidak berperasaan!! Otak binatang! Teganya kau mengganggu ketenangan keluarga ku! Manusia biadab!"
Ayah  Mila yang terus mencaci maki dan mencemooh orang itu

"Kau tidak menyadari apa yang telah dilakukan, terutama kau sebagai kepala keluarga dan istri mu yang tidak tau diri, tidak mengerti kasih sayang terhadap bagian dari diri mu sendiri!"

"Apa maksudmu?! Hah?! Kau tidak mengerti apa-apa mengenai kami!!"
Lanjut dari ayah mila

"Jika aku tidak mengerti kalian, aku tidak akan membawa kalian ke sini".
Ucap pria itu dengan nada yang datar dan mengancam


Ayah Mila sontak kaget dan memikirkan apa yang telah diperbuat sebelumnya terhadap keluarganya sendiri bersama istrinya.

"Kau tidak ingat? Akan aku bantu mengingat perlakuan mu dulu"
Pria berbaju hitam itu merobek baju Fiki dan mengambil cambuk yang berada di meja. Dan Pria itu melakukan...







CETAASSS!!

"AAAAAAHHH.. Paaa... Maaa!!! Sakiiitt haaa..."
Rupanya pria itu mencambuk badan Fiki hingga tambah memar berdarah.. Fiki tak kuasa menahan teriakan dan tangisannya menghadapi siksaan itu.


CETAASSS!!

"AAAAAAAAAHHH... Paa..!!"
Fiki nampak semakin tak berdaya dan lemas setelah dua kali cambukan yang keras itu menghantam punggung Fiki. Sudah cukup banyak darah dan cambukan yang diterima Fiki yang membuatnya semakin sekarat.


"Keterlaluan kau, sudah jangan kau lakukan lagi!! Aku tidak ingin dia mati, dia sangat berharga bagiku!!"
Ayah Mila sangat terpukul melihat anaknya yang kedua disiksa didepan matanya itu sendiri, sementara sang ibu tak bisa berkata apapun kecuali hanya menangis tak tega.


"Kau ingat dengan itu? Kau memperlakukan anak mu sendiri dengan seperti itu, padahal dia belum mampu berpikir sesuai dengan apa yang kau harapkan! Kau pantas menerima nya dengan melihat sendiri dihadapan mu itu"

    Ayah Mila pun menangis penuh penyesalan dan berharap waktu itu tidak pernah terjadi, namun semuanya terlambat. Indri hanya mencoba menahan semua derita yang dilihatnya ini, betapa biadab nya seorang manusia yang tak berperasaan itu. Menangis menunggu keajaiban datang dirasa mustahil baginya untuk lepas dari situ.

"Akhirnya kau ingat, bagaimana? Pedih bukan? Sangat heran sekali sosok pria sepertimu yang berwibawa ternyata tidak mempunyai belas kasihan terhadap anak sendiri, memalukan!"

Pria berjaket hitam itu melepaskan ikatan pada tangan dan kaki ayah Mila, kemudian memberi pedang katana yang dipegangnya. Akan tetapi pria itu langsung menjulurkan pistol ke kepala ayah Mila

"Apa yang kau mau dasar biadab!"
Tangannya gemetaran dan pandangannya kosong


"Aku akan membuktikan perkataan mu tadi, jika anak mu itu sangat berharga. Sekarang peganglah katana ini, kuberikan kau pilihan. Potong tangan dan kaki salah satu orang yang ada disebelah mu itu. Pilih anak atau istri dan.. BUNUH! Jika tidak, otak mu kan merasakan panasnya peluru ini"






    Ayah Mila pun semakin terlihat tak tahan memilih pilihan terbaik dari yang terburuk itu. Indri hanya bisa terus menangis dan tak tahan melihat kekejaman seorang manusia biadab yang tak berpikir secara waras itu memberi pilihan. Dia sangat tertekan dan tak dapat memilih mana yang harus direlakan. Ibu Mila berkata kepada sang ayah dengan kata-kata yang tersendat-sendat..

"Yah.. maafkan semua tindakan ku ini, tidak seharusnya kau melakukan seperti itu dulu. Kita pun tak tahu mengapa manusia setengah iblis ini ikut campur masalah kita. Lakukan saja! Aku terserah kepada mu, siapa yang akan kamu pilih jangan lah engkau menyesalinya. Aku menyayangi mu".

    Ayah Mila pun menempelkan ujung katana ditangan anaknya dan bersiap menebas tangan Fiki, namun semua itu berubah! Dia langsung mengayunkan katana itu ke arah pergelangan sang istri tercintanya dan menebas pergelangan kiri hingga setengah putus, tulang bagian lengan pun terlihat dan darah nya mengalir. Darah muncrat dari tangan istrinya hingga mengenai wajah sang suami. Istrinya teriak merasakan kesakitan yang amat sangat, namun sang suami mengayunkan katana dan menebas tangan sang istri hingga akhirnya putus terpisah.

"AAAAAAAAA!!!!!!!!" Istrinya hanya bisa teriak kesakitan dan menjerit menahan pilu tebasan katana itu. Setelah pergelangan kanan putus, tubuhnya menggeliat kesakitan.

    Tangan kiri pun ditebas lagi oleh sang suami, lagi-lagi hampir putus. Darah muncrat ke wajah sang istri dan suaminya. Untuk yang kedua kalinya baru lah tangan kanannya putus dan darah mengalir deras hingga membasahi badan istrinya.

"AAAAAAAAA!!!!!!!!" Sungguh teriakan bagaikan di neraka. Indri yang hanya melihat terus menangis meminta semua ini berhenti terjadi dihadapannya.

    Kaki kanan ibu Mila yang selanjutnya ditebas oleh suaminya, Lagi-lagi setengah putus dan tebasan kedua lah yang memutuskan kaki nya pada bagian dengkul. Darah begitu muncrat kemana-mana, namun sang suami sudah terlihat kehilangan akal sehat terus melakukannya. Kaki kiri yang terakhir harus diputuskan oleh sang suami segera ditebas oleh nya, dengan dua kali tebasan kaki kiri istrinya pun terputus dan ibu Mila terbebas dari ikatan dan pasungan yang membelenggunya. Namun semua itu sia-sia, dia sudah nampak sekarat hanya tinggal menunggu eksekusi terakhir suaminya.

    Terakhir, sang pria berjaket hitam menyuruhnya kembali untuk melakukan eksekusi terakhir dengan menusuk tepat di jantung sang istri. Ayah Mila terlihat sangat terpaku dan tidak percaya akan hal ini. Tetapi dibelakangnya sebuah pistol siap menembak kepalanya jika menolak atau melawan. Tanpa berpikir panjang ayah Mila langsung menusuk tepat di jantung sang istrinya!

DEG-DEG DEG-DEG...
    Mulut istrinya mengeluarkan darah dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, terlihat mata istrinya sangat berkaca-kaca setelah nyawanya dihilangkan oleh suaminya sendiri.

"Lalu apa yang kau ingin kan lagi setelah ini dasar bajingan!!"

"Aku baru percaya jika kau ternyata sangat menyayangi anak mu itu HAHAHA"
Tertawa jahat itu terdengar sebagai tanda kepuasannya


    Bukan! Sang pria berjaket hitam dan bertopeng itu meminta ayah Mila untuk langsung menusuk jantung Fiki yang sudah terlihat sangat sekarat atau membunuh dirinya sendiri. Untuk membuktikan bahwa ayah Mila tidak egois kepada dirinya sendiri dan menunjukkan rela berkorban nyawa untuk anaknya.

"Kau gila! Apa yang kau pikirkan sebenarnya hah?!!"
    Ayah Mila pun dengan sangat terpukul mencabut pedang yang tertancap di dada istrinya yang sudah tewas dan maju mengayunkan pedang katana itu. Terlambat! Pria berjaket hitam itu langsung menarik pelatuk pistolnya, tepat ke arah kepala ayah Mila.

DOR !
    Badannya kaku tak bergerak, kepala bagian mata kanan nya telah di tembus peluru. Darah banyak mengucur deras dan membuatnya tewas ditempat. Pedang katana yang dipegannya pun terlepas dan jatuh. Tubuh nya kaku tak bergerak perlahan-lahan akhirnya jatuh ke bawah. Pedang katana pun diambil kembali oleh pria berjaket hitam itu. Kembali, dia mengayunkan padang nya ke arah perut ayah Mila yang baru saja dia tembak ditempat. Dia menusuk sampai tertembus kebelakang, setelah itu dia membelek perut ayah Mila dan mengeluarkan isinya seperti usus sampai hati nya.

    Dengan rasa tak berdosa pria itu mengoyak isi perut dengan pedangnya, potongan organ tubuh bagian perut pun berserakan hingga terlempar dan terkena Indri yang dari tadi menyaksikan pembunuhan itu. Indri ketakutan setengah mati dan berharap dia bukan lah korban selanjutnya. Tidak puas dengan membunuh ayah Mila, Fiki pun menjadi sasarannya. Kali ini bukan perut, melainkan kepala yang menjadi sasarannya. Ditebas lah kepala Fiki, dia langsung tewas dan darahnya muncrat hingga mengenai sang pembunuh biadab misterius itu.

    Semua orang yang ada ditempat pun tewas, hanya tinggal Indri dan sang pembunuh yang saling bertatapan muka. Indri tak menyangka pembantaian anggota keluarga temannya telah terjadi didepan matanya sendiri disertai dengan jeritan kesakitan yang memekakan telinga dan batin.
Pembunuh itu menghampiri Indri yang masih terikat.
"Tidur lah dengan tenang.. Kau akan menyusul bersama mereka yang telah mendahului mu"




    Begitu kata pembunuh itu, dan dia kembali menyuntikan bius. Indri masih bertanya-tanya kemanakah Mila sahabatnya dan siapaka orang dibalik jaket jitam bertopeng ini? Apa kaitannya dengan keluarganya dan kepentingan apa yang memotivasi pembunuh sadis ini. Tak lama kemudian Indri pun kehilangan kesadarannya kembali. Rupanya Indri dibawa ke suatu aliran sungai yang cukup jauh dari tempat penyiksaan dan pembunuh itu pun menghanyutkan tubuh Indri ke aliran sungai yang alirannya mengalir cukup deras ke bawah.

Selamatkah Indri? Apakah Mila dapat ditemukan dan identitas pembunuh itu terbongkar?


Bersambung..
"Kadang kala orang-orang tidak dapat memaafkan dan menoleransi kesalahan kita, namun ada baiknya menjaga lisan. Bertindak benar yang paling dibutuhkan dari pada menghakimi" 

Comments

  1. Mantap gan cerita nya, Terus berkaya!!!

    ReplyDelete
  2. Terlalu Gore gan adegannya bahaya kalo kebanyakan :v

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts