BUKAN MARTABAK MANIS - Cerpen
Menatap bentangan langit biru yang indah
dibawah pohon membuat pikiran Yudhy tenang setelah jam pelajaran berakhir.
Ketenangan suasana lapangan sekolah yang diiringi hembusan angin menambah
kenyamanan istirahatnya. Yudhy terbawa suasana dan matanya mulai terpejam. Baru
saja memejamkan mata, kemudian datang seseorang membangunkan dengan menepuk
pipi nya.
“Woy Yud, bangun. Jangan tidur disini”.
Suara laki-laki itu begitu mengganggu ketenangan Yudhy yang berbaring di rerumputan.
“Jangan ngigo deh, itu si Calista
nyariin lo. Katanya mau pulang bareng?” Yudhy pun terbangun dari tidurnya.
“Ah iya gue lupa Calista. Makasih San,
untung lo bangunin gue!” Sontak bangkit dan Yudhy pun segera berlari menuju
gebang sekolah.
“Iya.. Uuhh urusan cewek aja cepet lo.
Yaudah sana” Jawab Sani yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah Yudhy.
Setelah mengambil sepeda motor yang
terparkir, Yudhy mengendarai sepeda motornya ke gerbang sekolah dan menemui
Calista yang terlihat bosan menunggu. Posisi berdiri dengan tangan menyilang
ditambah raut muka yang cemberut menandakan ia telah kecewa karna dibuat lama
menunggu.
“Sorry Ta. Maafin gue ya, gue bakal
berusaha gak ngulangin lagi. Yuk pulang, sesuai janji. Kita mampir dulu makan
martabak di tempat Om Joy”
“Iya, yaudah, yuk gue udah laper nih”
“Oke” Mereka pun pergi ketempat martabak
untuk sekedar duduk berdua.
Sudah sejak lama kedekatan antara Yudhy
dan Calista terjalin, teman-teman sekolah mengira mereka berpacaran. Tetapi
keduanya menyangkal hal itu dan menjawab mereka hanya lah sebagai sahabat saja.
Sanggahan mereka tidak kuat, karena kenyataannya mereka berdua selalu bersama
layaknya orang berpacaran dan membuat teman-teman yang lain iri, hanya saja
yang membingungkan adalah faktanya mereka memang tidak berpacaran.
Perasaan memang tidak bisa dibohongi
ketika bersahabat dengan lawan jenis. Benar saja, sudah lama perasaan yang tak
biasa dalam hati pun tumbuh. Yudhy memiliki perasaan yang melebihi dari sekedar
sahabat kepada Calista. Sebuah perasaan aneh yang memberatkan tarikan nafas di
dada ketika dekat dengannya dan membuat detak jantung lebih cepat. Sadar akan
hal itu, ia mencoba mengendalikan perasaannya agar tidak diketahui.
Suasana tempat makan berkonsep
tongkrongan anak muda sangat cocok sebagai tempat makan, mereka memesan
martabak manis spesial yang kebetulan itu adalah menu yang sama-sama disukai.
Kini, Yudhy yang duduk didepan Calista tak henti-henti nya memandangi wajah
cantik rupawan malaikat hatinya. Calista menyadari dirinya diperhatikan oleh
Yudhy yang telihat tersenyum manis kepadanya.
“Yud? Sehat lo? Nyengir-nyengir gitu
haha” Tegur Calista yang melihat Yudhy keheranan
“Ngga, gue lagi laper aja” Yudhy
mengelak dari pertanyaan yang dilontarkan Calista
“Awas kesambet”
Martabak yang telah dipesan pun datang.
Taburan coklat, keju, kacang dan susu menjadi favorit Yudhy. Berbeda dengan
Calista yang menyukai taburan coklat, susu dan kismis. Dengan lahapnya mereka
memakan potongan martabak yang tersaji diatas piring. Dengan isengnya Yudhy
mencolekkan sisa coklat ke pipi Calista. Layaknya orang berpacaran, tingkah
mereka sungguh dekat seperti tanpa ada jarak dengan status mereka yang terbatas
sahabat. Mereka larut dalam canda tawa yang membuat mereka semakin dekat. Bagi
Yudhy, ini adalah salah satu momen spesial yang pernah mereka alami selama ini.
Suasana hangat yang membawa perasaan
Yudhy terbang ke langit. Tak diragukan lagi, ini adalah waktu yang tepat bagi
Yudhy untuk segera menyatakan perasaan yang sudah terpendam lama. Sudah terasa
senja yang makin gelap menandakan ada sebuah pesan yang terselubung bahwa
mereka akan memiliki status pasti.
“Ohiya, yaampun udah mau jam enam! Gue
harus pulang, ntar mama nyariin. Gue juga mau les abis maghrib nih, Yud. Besok
aja ngomongnya biar gue nyimak. Pulang yuk” Ujar Calista yang merasa
terburu-buru
Mungkin tidak untuk hari ini, pesan
terselubung dari senja ternyata bukan menandakan mereka akan segera memiliki
status pasti. Melainkan hanya isyarat untuk segera pulang dari tempat mereka
makan.
“Belom juga selesai” Yudhy menarik napas
panjang dan melanjutkan perkataannya “Yaudah deh, bener juga lo. Yuk pulang..”
Mereka pun segera pulang ke rumah, dan
Yudhy mengantarkan Calista. Perjalanan cukup jauh menuju rumah Calista.
Beruntung jalanan tidak terlalu ramai seperti biasanya. Kecepatan yang ditempuh
lebih lambat seiring menunggu sang mentari tenggelam disebelah barat. Kemudian
sampai lah dirumah Calista.
“Makasih Yud udah nganterin” Calista
tersenyum lebar
“Iya, sama-sama. Makasih juga” Yudhy
membalas senyuman manisnya
“Hati-hati ya Yud. Sampai ketemu besok”
Calista melambaikan tangan kepada Yudhy
Hari itu menjadi hari terbaik bagi
Yudhy. Bagaikan bulan purnama yang tampak bulat utuh, ia makin meyakinkan
dirinya untuk layak mendapatkan hati Calista. Walaupun satu hal yang meragukan
apakah Calista juga merasakan hal yang sama? Namun Yudhy tetap berpikir positif,
bahwa jangan ragu untuk setiap
keyakinan hati, lakukan lah untuk memastikan dan terima lah untuk setiap
resikonya.
Waktunya istirahat siang, Yudhy pergi ke
pohon dekat lapangan yang biasa ia tempati. Ia membawa setangkai Mawar yang
telah ia persiapkan untuk menyatakan cinta kepada Calista. Dari kejauhan
terlihat Dodi, teman Yudhy yang juga diketahui mendekati Calista. Ternyata Dodi
berani mendahuluinya dan menyatakan cinta kepada Calista. Hati Yudhy hancur
saat melihatnya. Ia terlambat dan hanya bisa mematung memperhatikan rayuan Dodi
dengan sebatang coklat diterima oleh Calista. Sakit, satu kata yang hanya ia
rasakan.
Perasaan yang telah menerbangkannya ke
atas awan dan seketika dijatuhkan ke dasar jurang. Hati yang tersayat luka
mendalam itu, membuat Yudhy tak bisa berkata apa-apa. Bunga Mawar yang
digenggam tangan kanannya, seketika dijatuhkan begitu saja. Bel berbunyi dan seluruh
siswa kembali ke kelas masing-masing. Saat jalan menuju kelas, Yudhy bertemu
dengan Sani. Sani berusaha menghibur sahabatnya yang telah tahu bahwa Calista
memilih lelaki lain.
“Sabar bro, mungkin dia emang bukan
jodoh lo” Sani sambil menepuk bahu Yudhy
Hanya diam dan membisu, ia tak dapat
menutupi kesedihannya dengan raut muka yang amat sedih. Ya, mungkin benar apa
kata Sani, dia bukan lah jodoh Yudhy dan tak selamanya proses pendekatan itu
berakhir manis. Memang selalu ada kejutan tak terduga diakhir drama pendekatan
cinta dua insan yang berbeda. Dengan lapang dada, Yudhy menerima untuk setiap
resiko yang terjadi.
Hubungan persahabatan mereka seketika
hilang setelah Calista menjalin hubungan. Mereka menjaga jarak dan tidak lagi
saling berbicara. Yudhy hanya bisa menerima kenyataan pahit walaupun sulit diterima.
Setelah beberapa bulan mencoba dan tak
memikirkan bayang Calista, kemudian Yudhy berhasil merelakan hatinya untuk
Calista yang telah pergi bersama orang lain.
Lima bulan telah berlalu, pada waktu
Sabtu sore Calista mengajak Yudhy bertemu di tempat Om Joy untuk mengobrol
setelah sejak lama menjaga jarak dan tak berbicara. Calista meminta maaf kepada
Yudhy karena telah menjauh begitu saja darinya. Pintu maaf Yudhy selalu terbuka
dan memaklumi itu. Namun ada satu hal penting yang disampaikan Calista, bahwa
ia telah putus dengan Dodi yang selingkuh kepada perempuan lain.
“Yud, gue minta maaf. Dan gue mau kita
mulai semuanya dari awal, gue bersedia jalin hubungan lebih” Sontak membuat
membuat Yudhy terdiam, kini perhatiannya fokus. Dengan rasa kedewasaannya,
Yudhy menjawab dan menyampaikan apa yang ada dibenaknya.
“Sorry, gue bukan tempat pelarian. Mendingan
kita temenan aja. Kenapa dulu lo ninggalin gue yang selalu ada buat lo?” Tanya
Yudhy dengan tegas.
“Gue salah, dan milih yang gak
seharusnya gue pilih. Harusnya gue memilih lo” Calista hanya menunduk, rasa
malu yang kini tidak pantas diperlihatkan.
“Itu resikonya. Tapi gue juga salah,
karna selalu buat lo menunggu. Dan maaf, gue tetep gak bisa terima, itu prinsip
gue sebagai cowok”
Calista mulai meneteskan air mata,
menyesali hal yang tidak berarti lagi didepan Yudhy. Suatu hal yang seharusnya
ia tahu untuk tidak dikatakan, namun dengan perasaan itu semua terucap. Memang
semuanya sudah terlanjur, ketika kita mengharapkan sesuatu yang telah lewat
untuk kembali seperti semula dan bahkan ingin lebih dari sebelumnya. Disodorkan
lah sepotong martabak manis kepada Calista, seolah Yudhy ingin menunjukkan
sesuatu.
“Cinta itu bukan martabak manis yang nikmatnya
cuma di awal. Tapi cinta itu memberi rasa nikmat dari awal sampai akhir yang
akan selalu teringat oleh para pelakunya” Terang Yudhy dengan bijak.
“Tapi bakal sama jadinya? Kalo bukan
lo?”
“Beda lah. Beda orang beda karakter, lo
mau nya gimana ya harus menyesuaikan” Jawab Yudhy.
“Kita tetep sahabat kek dulu?” Bertanya
dengan penuh harap dari Calista
“Tentu, itu yang gue harapkan” Jawaban
antusias dari Yudhy
Sore itu menjadi sebuah hari yang
memberi pelajaran untuk mereka berdua, tentang arti ketegasan, komitmen dan
kelapangan hati. Dimana sebuah hubungan itu bukan lah martabak manis ataupun
seperti permen karet. Habis manis, sepah dibuang.
Meski akhirnya mereka tetap bersahabat
dan hubungan kembali membaik, namun semua tak sama seperti dulu. Semua sudah
berubah dan persepsi diri masing-masing telah berubah. Tentu tak ingin karna
alasan cinta, hubungan persahabatan mereka rusak sekejap.
Comments
Post a Comment