KESEMPATAN TERAKHIR - Cerpen
Terlihat seorang perempuan sambil
berlari bersemangat menggendong tas nya ke lapangan basket sekolah, ternyata
itu Laura yang merasa sangat bangga akan keberhasilan dan kerja kerasnya selama
ini. Usaha dan pengorbanan terbayar lunas semua begitu universitas yang di
impikan meloloskannya dalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Di
lapangan rupanya ada Hadi yang sedang duduk sambil membaca beberapa lembar
kertas, Laura menghampirinya dan memberitahu berita itu kepada kekasihnya.
Lelaki itu sangat senang kepada Laura sang kekasih tercintanya. Dengan refleks,
Laura langsung memeluk hadi dengan eratnya. Sangat penuh kejutan bagi keduanya,
mereka tak menyangka lulus ke perguruan tinggi yang di inginkan masing-masing,
kemudian keduanya terlihat saling menatap dan berpegangan tangan dengan
perasaan bahagia.
“Sungguh perjuangan yang gak sia-sia,
kamu berhasil ra! Kamu makin deket ke cita-cita kamu jadi seorang Psikolog!”
Ujar Hadi bersemangat.
“Ya, kita berhasil! Dan syukurlah kamu
juga bakal menggapai impian jadi Dokter!” Jawab Laura yang juga bangga kepada
Hadi
“Bagaimana kalau kita makan malam di
restorannya Pak Aji jam 8? Lumayan ngerayain kecil-kecilan hehe.. Tenang aja
aku yang traktir” Hadi menawar dengan senang hati.
“Okee Di.. Sampai bertemu nanti malam
sayang” Jawab Laura mengiyakan ajakan Hadi.
Makan malam yang sangat
spesial bagi mereka berdua, meja makan dipinggir kolam ikan ditemani dengan
sebuah lilin ditengah meja yang menambah kesan romantis. Cahaya rembulan turut
mengantar kedalam kebersamaan perayaan kecil mereka berdua. Tak biasa, namun
bagi Laura apa pun itu tempatnya yang paling terpenting adalah kebersamaan
dengan Hadi sang kekasih.
Malam semakin larut, di
akhir semua pembicaraan yang ada, lalu Hadi menyampaikan sesuatu yang sangat
berat untuk di katakan kepada Laura.
“Sayang, sebenernya aku gak mau kita
pisah sampai di sini, tapi karena suatu alasan aku harus ninggalin kamu
ketempat yang cukup jauh”
“Apa maksudmu? Kita tentu pasti LDR dan
aku udah bakal siap jalaninnya dan gak mau hubungan kita berakhir karena itu”
Itu lah sebuah pernyataan Laura yang membuat Hadi tertegun.
“Tentu cinta kita gak bakal berakhir di
sini, aku dapet beasiswa dan kertas yang tadi aku baca adalah surat
pemberitahuannya. Sebenernya seneng dan berat, aku ninggalin keluarga dan
tentunya kamu. Aku akan pergi ke Jerman 2 hari lagi.. Maaf aku baru ngasih tau
sekarang, karna itu cukup berat. Tapi lebih baik dari pada aku gak ngomong sama
sekali dan hilang begitu aja tanpa sepengetahuan kamu”. Hadi pun tertunduk.
Laura tertenduk
bersedih dan berkata “Kalau masalah pendidikan kenapa gak disini aja? Kamu
memang penuh kejutan sejak awal bertemu. Aku tidak begitu risau kalo kamu udah
ngomong begitu. Silahkan, kejar mimpi sejak kecil mu itu.. Aku rela nuggu mu
walaupun lama dan sampai waktu yang gak pasti”.
Begitu
berat selama perjalanan Laura memikirkan akan kerinduan besar yang
menghampirinya di masa depan, tetapi bagi Laura jika itu yang terbaik untuk
cita-cita dia harus belajar merelakan.
“Kamu jaga diri baik-baik ya sayang, aku
akan mengusahakan pulang setahun sekali untuk menemui mu. Jaga diri mu
baik-baik, aku percaya suatu saat nanti kita tetap terus bersama walaupun jarak
jauh menguji kita” Ujar Hadi, ia langsung mencium kening Laura dengan kasih
sayang.
Pelukan hangat oleh
Laura di depan rumahnya menjadi tanda perpisahan mereka, setelah masa-masa
kisah kasih di sekolah mereka harus berganti menjadi kisah kasih antar negara.
Saat menjelang keberangkatan di bandara, air mata tak tertahankan dari mata
Laura yang menyimpan harapan besar mereka dapat dipersatukan kembali.
“Doakan aku ya sayang,
aku akan terus menghubungi mu. Jaga dirimu baik-baik, aku ingin kita sukses
bersama hingga nanti.” Ucap kata-kata terakhir Hadi yang kemudian meninggalkan
Laura.
Akan
tetapi, setelah tiga tahun berselang ia rupanya tidak dapat kembali ke
Indonesia seperti yang di janjikannya, karena alasan tugas yang menghalangi
untuk menemui Laura. Jangan kan kembali, menghubungi pun sudah semakin sulit sekali.
Sehingga dalam perjalanan cinta jarak jauh dan karena tiga tahun lama nya,
hubungan mereka sempat putus nyambung dalam ujian ini. Tentu perasaan suuzon
menghampiri mereka, tak memberi kabar dan salah paham yang membuat mereka makin
menjauh.
Empat
tahun Laura telah menyelesaikan pendidikan S I nya sebagai sarjana, membuat
diri nya semakin mempertanyakan kesetiaan Hadi yang tak kunjung datang
mengunjungi dan memberi kabar. Keputusan sepihak langsung diambil Laura bukan
karena tanpa alasan, jika memang tidak menjaga komitmen untuk apa lagi
dipertahankan. Tak pernah terbayang akan jadi seperti ini pada akhirnya, walaupun
dirinya masih sangat mencintai, tapi ketegasan mengambil keputusan adalah
sebuah langkah yang tepat bagi Laura.
Tak
terasa sembilan tahun rindu dengan tanah air membuat Hadi ingin kembali ke
Indonesia dan memberi tahu Laura bahwa dirinya akan kembali ke Indonesia 3 hari
lagi dan sangat ingin menemuinya. Melalui media sosial, ia memohon dengan
sangat kepada Laura agar bisa bertemu kembali setelah lama berpisah. Dengan
keyakinan hati yang masih sangat berat dan tidak ingin menemuinya lagi ia
menolak ajakan itu yang mencegah diri nya gagal move on setelah bertahun-tahun
mencoba. Namun dengan sangat memohon Hadi merayu Laura sehingga ia akhirnya
meng-iyakan ajakan Hadi.
Sore
hari, mereka berjanji bertemu di taman. Kemudian datang lah Hadi, ia begitu
menanti kehadiran Laura dan sangat ingin menemui nya. Tak lama, muncul sosok perempuan
berambut panjang dan menegur Hadi.
“Apa
kabar? Udah lama nunggu?”
Suara
perempuan itu tidak asing ditelinga Hadi, ia menoleh kebelakang dan terkejut melihat
Laura setelah lama sekali tidak bertemu.
“Sehat, kamu sendiri
gimana? Kamu tambah cantik ra” ujar Hadi memuji
“Thanks, mau apa kamu?
Udah lama kita gak ketemu sejak 9 tahun. Aku udah berhasil raih cita-cita, aku
mau ngasih tau kamu tapi gak mungkin kek nya” Jawab Laura kecewa
“Maaf.. Aku juga udah
berhasil jadi dokter, malah udah bisa praktek di RS. Aku mau ngasih tau, tapi
aku juga takut kamu gak mau peduli soal itu. Dan karena ini juga hari ulang
tahun mu, aku membawa kan hadiah jam tangan dari Jerman. Ini tidak seberapa
tapi terima lah” Hadi tersenyum.
“Thanks di. Dan setelah
lama meninggalkan ku, terus kamu mau apa sekarang? Jangan membuat ku menunggu
untuk yang kesekian kali, katakan lah” Ucap Laura tanpa ekspresi
Dalam
hati Laura sambil menggumam betapa hebatnya Hadi membuatnya gagal move on. Lalu
ada hal yang ingin disampaikan Hadi, mungkin itu adalah pernyataan terakhirnya
jika Laura tidak menanggapinya. Sambil bertekuk lutut, sebuah kotak hitam kecil
di buka oleh Hadi.
“Sekali lagi
maafkan aku ra, tapi ini kesungguhan ku untuk masa depan selanjutnya. Arti yang
sesungguhnya cincin ini adalah tanda komitmen ku, aku ingin mempersunting mu,
untuk yang pertama dan terakhir.. Will
you marry me?”.
Pernyataan
itu sontak membuat air mata Laura tak terbendung lagi, rasa campur aduk yang
tak bisa di ungkapkan. Air mata yang membasahi pipi, Hadi yang memegang tangan
kanan Laura menunggu jawaban besar.
“Kamu kira aku akan
menerima mu? Bodoh banget. Maaf, aku gak bisa..” Jawab Laura yang menangis
terisak dan menggelengkan kepala.
“Beri aku kesempatan
yang terakhir ini ra! Aku sungguh mencintaimu segenap hati. Sangat terpaksa aku
mengabaikan mu selama ini” Ujar Hadi yang terlihat bersungguh-sungguh.
“Aku serius, maaf aku gak
bisa... merelakan mu dengan yang lain dan sedih karna ku” Jawab Laura yang
memberi kepastian.
“Bener nih ra?! Kamu
gak bercanda kan?” Tanya Hadi sambil tersenyum lebar.
“Bener lah, masa aku tolak
sih. Aku terima pinangan mu, gak nyangka kamu yang dulu terlihat biasa saja akhirnya
berani menyatakankan itu. Ternyata kamu memang pilihan ku” Jawab Laura.
Mereka
berdua berpelukan dengan air mata terharu yang mengalir dari keduanya, impian
serta harapan mereka sejak dulu akhirnya terwujud. Bersatu setelah menjalani
sulitnya rintangan cinta melewati benua, namun mereka lulus akan ujian itu.
Hingga akhirnya kesempatan bersatu dengan kekuatan cinta yang tulus serta
komitmen yang kuat mengenai tujuan kedepannya dan keyakinan akan berbuah manis
pada akhirnya. Karena Hadi percaya, berakhirnya hubungan tidak lah seburuk yang
diperkirakan. Dan benar, cinta yang menjawab semua keraguan dalam diri sendiri
untuk membuka kesempatan kepada seseorang.
Comments
Post a Comment